perumahanbekasi.net - Yang manakah yang menarik perhatian konsumen, mobil atau rumah? Apakah mobil, termasuk yang harganya terjangkau, mampu menandingi keinginan untuk membeli rumah sebagai hunian masa depan? Atau justru rumah dan mobil menjadi barang kebutuhan yang sama-sama penting?
Mereka berasal dari empat kota berbeda; Jakarta, Cirebon (Jawa Barat), Balikpapan (Kalimantan Timur), dan Palopo (Sulawesi Selatan). Menurut mereka, rumah adalah kebutuhan utama yang tidak tergantikan oleh apa pun, termasuk mobil.
Vincentius Valdi, pengusaha muda yang baru saja memulai bisnis baja ringan di Cirebon, mengatakan, dia akan membeli rumah lebih dulu ketimbang mobil. Meskipun mobil-mobil baru ditawarkan dengan harga murah, dia rela harus berdarah-darah mengumpulkan uang untuk membeli rumah.
"Bagaimana pun juga lebih baik punya rumah ketimbang punya mobil. Karena rumah merupakan kebutuhan utama, kebutuhan primer. Sementara mobil hanya simbol status, barang tersier. Jadi akan saya dahulukan beli rumah walaupun harus ngutang sana-sini," ujarnya
Hal senada dikatakan Alpha Yustikano Marganaputra. Anak muda yang berkarya di KPP Pratama, Palopo, ini akan memilih rumah jika dihadapkan pada dua pilihan; rumah dan mobil.
"Beli rumah penting, karena akan ditempati anak dan istri. Sejelek-jeleknya rumah, pasti kita beli untuk masa depan mereka. Kalau saya punya uang Rp 300 juta hingga Rp 400 juta saya pilih rumah. Beli mobil bisa yang bekas atau seken," tutur Alpha.
Sementara Ardhi Sutadi, mahasiswa sistem informasi Universitas Erlangen, Nurenberg, Jerman, tak akan berpaling ke kendaraan. Dia mengaku justru lebih memilih rumah karena harga rumah terus naik.
"Mobil sudah berserakan, bikin macet aja. Rumah lebih penting, dan harganya terus naik," imbuh Ardhi.
Selain sebagai kebutuhan utama, rumah ternyata juga dianggap sebagai instrumen investasi yang sangat menjanjikan.
Ideham Halid, finance manager yang berdomisili di Balikpapan, membenarkan. Menurutnya, rumah merupakan aset yang tidak akan terdepresiasi, karena nilainya tinggi. Sedangkan mobil justru akan menyusut.
"Saya akan pilih rumah," kata Ideham.
Vincentius menambahkan, rumah bisa sekaligus sebagai obyek investasi. Sebaliknya dengan mobil, tidak bisa disebut sebagai obyek investasi dan tidak bisa diwariskan. Misalnya, sekarang harga rumah Rp 1,5 miliar, pada tahun 2114 nilainya sudah berkali-kali lipat. Sangat bernilai untuk diwariskan kepada anak cucu.
"Kalau mobil pada tahun 2114 sudah jadi apa?," ucapnya.
Vincentius, Alpha, Ardhi, dan Ideham pun kompak akan memilih rumah sebagai investasi masa depan. Mereka bahkan bersedia untuk mengesampingkan membeli mobil, kendati harganya jauh lebih rendah.(kompas)